Ramadhan Siang Hari

 

Republishing an old short story

Aku duduk di bangku taman. Seorang diri. Baru pukul sebelas siang dan hari ini sudah panas sekali, keluhku dalam hati. Aku lupa sahur pula tadi pagi. Semakin menderitalah aku. Kuusap peluh di dahi. Layar telepon selulerku tak berkedip dari tadi. Layar hanya menampilkan nama operator. Juga indikator sinyal dan baterai.

Aku menunggu panggilan sedari tadi. Tapi layar ponselku tak juga menampilkannya. Tiba-tiba ponselku hidup dari ketergemingannya.

Pesan dari Nayla.

Kuhembuskan napasku kembali. Bukan ia orang yang kutunggu. Pesan darinya hanya berbunyi, “Jangan lupa besok siang ada meeting dengan Pak Aryo.” Aku kembali menunggu. Continue Reading